Translate

Seputar Teknologi

Sunday, 14 June 2015

Makalah : Pengenalan Radio Frekuensi Identification (Rfid) Dalam Kehidupan Sehari Hari

ABSTRAK
RFID (Radio-Frequency IDentification) merupakan sebuah teknologi compact wireless yang diunggulkan untuk mentransformasi dunia komersial. Sebagai suksesor dari barcode, RFID dapat melakukan kontrol otomatis untuk banyak hal. Sistem system RFID menawarkan peningkatan efisiensi dalam pengendalian inventaris (inventory control), logistik dan manajemen rantai supply (supply chain management).
Oleh karena itu, terdapat kepentingan yang besar pada enterprise maupun agen-agen pemerintah untuk secara intensif mempercayakan pada sistem ini, khususnya para peritel dan para pembuat produk consumer yang besar. Sasaran jangka panjang organisasi-organisasi tersebut adalah mengintegrasikan RFID pada level ritel.
Adopsi yang meluas dari RFID telah memunculkan kekuatiran akan persoalan keamanan dan privasi pada para konsumen dan masyarakat umum. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, dilakukan studi mengenai aspek privasi pada sistem system RFID. Studi tersebut akan membahas identifikasi masalah, solusi-solusi yang sudah pernah ditawarkan serta pemilihan solusi yang tepat berdasarkan solusi-solusi yang sudah pernah ditawarkan.

Kata kunci : RFID, Barcode dan supply chain management

BAB 1
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Radio Frequency Identification (RFID) atau Identifikasi Frekuensi Radio adalah sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Label atau kartu RFID adalah sebuah benda yang bisa dipasang atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan manusia dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Label RFID terdiri atas mikrochip slikon dan antena. Label yang pasif tidak membutuhkan sumber tenaga, sedangkan label yang aktif membutuhkan sumber tenaga untuk dapat berfungsi.
Teknologi RFID menjadi jawaban atas berbagai kelemahan yang dimiliki teknologi barcode yaitu selain karena hanya bisa diidentifikasi dengan cara mendekatkan barcode tersebut ke sebuah reader, juga karena mempunyai kapasitas penyimpanan data yang sangat terbatas dan tidak bisa deprogram ulang sehingga menyulitkan untuk menyimpan dan memperbaharui data dalam jumlah besar untuk sebuah item. Salah satu solusi menarik yang kemudian muncul adalah menyimpan data tersebut pada suatu silikon chip, teknologi inilah yang dikenal dengan RFID. Kontak antara RFID tag dengan reader tidak dilakukan secara kontak langsung atau mekanik melainkan dengan pengiriman gelombang electromagnet. Berbeda dengan smart card yang biasa dipakai di kartu telepon atau kartu bank yang juga menggunakan silikon chip, kode-kode RFID tag bisa dibaca pada jarak yang cukup jauh.

·         Komponen RFID
Suatu sistem RFID secara utuh terdiri atas 3 komponen yaitu :
1. Tag RFID, dapat berupa stiker, kertas atau plastik dengan beragam ukuran. Didalam setiap tag ini terdapat chip yang mampu menyimpan sejumlah informasi tertentu.
2. Terminal Reader RFID, terdiri atas RFID-reader dan antena yang akan mempengaruhi jarak optimal identifikasi. Terminal RFID akan membaca atau mengubah informasi yang tersimpan didalam tag melalui frekuensi radio. Terminal RFID terhubung langsung dengan sistem Host Komputer.
3. Host Komputer, sistem komputer yang mengatur alur informasi dari item-item yang terdeteksi dalam lingkup sistem RFID dan mengaturkomunikasi antara tag dan reader. Host bisa berupa komputer stand-alonemaupun terhubung ke jaringan LAN / Internet untuk komunikasi denganserver.


Gambar 1.2 Gambar Komponen pada RFID

·         Label RFID
Label RFID atau yang biasa disebut RFID tag sendiri, pada dasarnya merupakan suatu microchip berantena, yang disertakan pada suatu unit barang. Dengan piranti ini, perusahaan bisa mengidentifikasi dan melacak keberadaan suatu produk. Seperti halnya barcode, yang memiliki Universal Product Code(UPC), sebuah tag RFID memiliki Electronic Product Code (EPC) berisiidentitas produk tersebut, mulai dari nomor seri, tanggal produksi, lokasi manufaktur, bahkan tanggal kadaluarsa. EPC adalah identifikasi produk generasi baru, mirip dengan UPC atau barcode. Seperti halnya barcode, EPC terdiri dari angka-angka yang menunjukkan kode produsen, produk, versi dan nomor seri. Namun, EPC memiliki digit ekstra untuk mengidentifikasi item yang unik. Ukuran bit EPC yang mencapai 96-bit memungkinkannya secara unik mengidentifikasi lebihdari 268 juta produsen, masing-masing memiliki lebih dari satu juta jenis produk, sementara sisanya masih mencukupi untuk melabel seluruh produk individualnya. Informasi EPC inilah yang tersimpan di dalam chip RFID.

·         Type RFID
RFID tag dapat bersifat aktif atau pasif.
  • RFID Pasif

RFID tag yang pasif tidak memiliki power supply sendiri. Dengan hanya berbekal induksi listrik yang ada pada antena yang disebabkan oleh adanya frekuensi radio scanning yang masuk, sudah cukup untuk memberi kekuatan yang cukup bagi RFID tag untuk mengirimkan respon balik. Sehubungan dengan power dan biaya, maka respon dari suatu RFID yang pasif biasanya sederhanya, hanya nomor ID saja. Dengan tidak adanya power supply pada RFID tag yang pasif maka akan menyebabkan semakin kecilnya ukuran dari RFID tag yang mungkin dibuat. Beberapa RFID komersial yang saat ini sudah beredar di pasaran ada yang bisa diletakkan di bawah kulit. Pada tahun2005 tercatat bahwa RFID tag terkecil berukuran 0.4 mm x 0.4 mm dan lebih tipis daripada selembar kertas. Dengan ukuran sekian maka secara praktis benda tersebut tidak akan terlihat oleh mata. RFID tag yang pasif ini memiliki jarak jangkauan yang berbeda mulai dari 10 mm sampai dengan 6meter. RFID tag yang pasif harganya bisa lebih murah untuk diproduksi dan tidak bergantung pada baterai.
  • RFID aktif

RFID tag yang aktif, di sisi lain harus memiliki power supply sendiri dan memiliki jarak jangkauan yang lebih jauh. Memori yang dimilikinya juga lebih besar sehingga bisa menampung berbagai macam informasi didalamnya. Jarak jangkauan dari RFID tag yang aktif ini bisa sampai sekitar100 meter dan dengan umur baterai yang bisa mencapai beberapa tahun lamanya. Perbedaan sifat antara RFID aktif dan pasif dapat dilihat pada tabel dibawah ini


Tabel 1.1 perbedaan RFID aktif dan RFID pasif

Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan tentang RFID adalah :
Penelitian difokuskan pada bagaimana cara kerja RFID dan kegunaannya pada kehidupan sehari hari :
1.      Menjelaskan bagaimana cara kerja RFID
2.      Penerapan RFID pada perpustakaan
3.      Penerapan RFID pada supermarket seperti hero

Tujuan dan Manfaat
·         Tujuan
Penggunaan RFID untuk maksud tracking pertama kali digunakan sekitar tahun 1980 an. RFID dengan cepat mendapat perhatian karena kemampuannya dalam men-tracking atau melacak object yang bergerak. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka teknologi RFID sendiripun juga berkembang sehingga nantinya penggunaan RFID bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari.

·         Manfaat
1.      RFID lebih cepat dalam proses pengidentifikasiannya. RFID lebih tahan terhadap kondisi seperti kotoran kimiawi debu dan lainnya dalam pembacaannya
2.      RFID memiliki pembaca yang tidak bergerak sehingga lebih awet untuk investasi kepemilikan aset jangka panjang
3.      RFID lebih susah digandakan atau di tiru serta di copy.

BAB 2
LANDASAN TEORI

Radio Frequensi Identification (RFID) sudah banyak digunakan pada pabrik sangat bermanfaat untuk mendukung rantai manajemen dan pengendalian persediaan. RFID dapat mengidentifikasi objek secara otomatis, RFID dapat diprediksi akan mengganti barcode yang telah terlebih dahulu dikenal, Menurut Weis “ One familiar optical barcode is the Universal Produck Code (UPC) designed in 1973 dan banyak di gunakan pada banyak produk untuk konsumen. Kemajuan produksi dari silikon membuat RFID berharga murah . Sistem RFID terdiri dari Tag frekuensi Radio atau Transponder dan Tag reader atau receiver. Tag reader meminta isi yang dipancarkan oleh signal RF.
Menurut Arianto, Teknologi RFID bergantung pada transmisi data nirkabel melalui medan elektro magnetik. Jantung teknologi ini adalah perangkat yang dinamakan RFID tag. RFID tag adalah sebuah label identifikasi berisi chip yang dapat diprogram, dilengkapi dengan sebuah antena mini. RFID tag bisa dibaca dengan sebuah reader yang dikendalikan komputer tanpa harus membutuhkan direct line-of-sight seperti halnya pembaca barcode. Jangkauan reader ini bisa mencapai satu meter.Supaya informasi yang tersimpan di chip bisa dibaca, reader memancarkan medan frekuensi elektro magnetik yang diterima oleh antena mini di RFID tag. Melalui hubungan elektronis ini, data yang tersimpan bisa dibaca, diproses dan diedit. Tenaga chip terintegrasi ini dipasok melalui medan frekuensi radio yang dipancarkan oleh reader, sehingga RFID tidak membutuhkan sumber tenaga yang terpisah.
Menurut Wilkinson, Penyederhanaan integrasi perangkat-perangkat RFID dengan aplikasi-aplikasi bisnis berbiaya terjangkau menjadikan perusahaan-perusahaan dapat memperoleh banyak manfaat bisnis dari RFID.

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Sistem  dan cara kerja RFID
Suatu sistem RFID dapat terdiri dari beberapa komponen, seperti tag, tag reader, tag programming station, circulation reader, sorting equipment dan tongkat
inventory tag. Keamanan dapat dicapai dengan dua cara. Pintu security dapat
melakukan query untuk menentukan status keamanan atau RFID tag-nya berisi bit
security yang bisa menjadi on atau off pada saat didekatkan ke reader station.
Kegunaan dari sistem RFID ini adalah untuk mengirimkan data dari piranti portable, yang dinamakan tag, dan kemudian dibaca oleh RFID reader dan kemudian diproses oleh aplikasi komputer yang membutuhkannya. Data yang dipancarkan dan dikirimkan tadi bisa berisi beragam informasi, seperti ID, informasi lokasi atau informasi lainnya seperti harga, warna, tanggal pembelian dan lain sebagainya.
Dalam suatu sistem RFID sederhana, suatu object dilengkapi dengan tag yang kecil dan murah. Tag tersebut berisi transponder dengan suatu chip memori digital yang di dalamnya berisi sebuah kode produk yang sifatnya unik. Sebaliknya, interrogator, suatu antena yang berisi transceiver dan decoder, memancarkan sinyal yang bisa mengaktifkan RFID tag sehingga dia dapat membaca dan menulis data ke dalamnya. Ketika suatu RFID tag melewati suatu zone elektromagnetis, maka dia akan mendeteksi sinyal aktivasi yang dipancarkan oleh si reader. Reader akan men-decode data yang ada pada tag dan kemudian data tadi akan diproses oleh komputer.

3.2 Penggunaan RFID
1. Low frequency
RFID tag banyak digunakan untuk identifikasi pada binatang, beer keg tracking, keylock pada mobil dan juga sistem anti pencuri. Binatang peliharaan seringkali ditempeli dengan chip yang kecil sehingga mereka bisa dikembalikan kepada pemiliknya jika hilang. Di Amerika Serikat, frekuensi RFID yang digunakan ada dua yaitu 125 kHz (standar aslinya) dan 134.5 kHz (yang merupakan standar internasional).

2. High-frequency
            RFID tag sering digunakan pada perpustakaan atau toko buku, pallet tracking, akses kontrol pada gedung, pelacakan bagasi pada pesawat terbang dan apparel item tracking. Ini juga digunakan secara luas pada identifikasi lencana, mengganti keberadaan kartu magnetik sebelumnya. Lencana ini hanya perlu dipegang dalam suatu jarak tertentu dan reader-nya langsung dapat mengenali siapa pemegang lencana tersebut. Kartu kredit American Express Blue saat ini sudah mengandung RFID tag dengan high-frequency.

3.UHF RFID
tag sering digunakan secara komersial pada pallet dan pelacakan container, pelacakan truk dan trailer pada pelabuhan kapal laut.

4. Microware
RFID tag seringkali digunakan
dalam akses kontrol jarak jauh kendaraan bermotor.

3.3 Implementasi RFID
Pengimplementasian RFID
1. Beberapa gerbang tol, seperti FasTrak di California, sistem I-Pass di Illionis dan juga South Luzon Expressway E-Pass di Filipina sudah menggunakan RFID tag untuk electronic toll collection -nya. RFID tag tadi akan dibaca seketika ketika suatu kendaraan bermotor melewati gerbang tol dan informasi tadi akan digunakan untuk mendebet account toll-nya. Ini tentu saja akan mempercepat traffic yang ada pada gerbang tol yang sebelumnya sering macet. Contoh lain misalnya sensor seismik bisa dibaca dengan menggunakan RFID transceiver sehingga akan menyederhanakan proses pengambilan data.
2. Pada bulan Januari 2003, Michelin, produsen ban terkemuka mengumumkan bahwa mereka memulai testing terhadap RFID transponder yang ditanam ke dalam ban produk mereka. Setelah proses testing yang memakan waktu selama 18 bulan, maka mereka berjanji akan menawarkan ban yang dilengkapi dengan RFID kepada para produsen mobil. Tujuan mereka adalah membuat sistem pelacakan ban yang sesuai dengan undang-undang di Amerika Serikat, TREAD Act (Transportation, Recall, Enhancement, Accountability and Documentation Act).
3. Kartu yang dilengkapi dengan RFID juga sudah mulai digunakan secara umum sebagai suatu media electronic cash, seperti Octopus Card di Hong Kong dan lain sebagainya.
4. Mulai tahun model 2004, pilihan "SmartKey" sudah ada pada Toyota Prius dan juga beberapa model pada Lexus, dimana pada kunci mobilnya dilengkapi dengan RFID tag sehingga mobil bisa mengenali adanya kunci tersebut dalam jarak 3 feet dari sensornya. Pengendara mobil bisa membuka pintu mobil dan mulai menyalakan mobil ketika kunci mobil masih berada dalam tas atau saku.
5. Pada bulan Agustus 2004, Ohio Department of Rehabilitation and Correction (ODRH) menyetujui kontrak senilai USD$ 415,000 untuk mencoba teknologi pelacakan yang bekerjasama dengan Alanco Technologies. Ini akan digunakan oleh narapidana dimana mampu untuk mendeteksi narapidana yang berusaha untuk melepaskan alat ini dan akan mengirimkannya ke sistem komputer di penjaran tersebut. Proyek ini bukanlah yang pertama pada penjara di Amerika Serikat, karena penjara yang lain di michigan, california dan ironisnya sudah menerapkan teknologi yang sama.
6.  Chip RFID yang bisa diimplant di binatang juga bisa diimplant di tubuh manusia. Perusahaan yang bernama Applied Digital Solutions mengajukan chip RFID yang bisa ditanam di bawah kulit sebagai solusi untuk mengidentifikasi adanya fraud, akses ke gedung, akses ke komputer, menyimpan catatan kesehatan seseorang dan juga untuk sistem anti penculikan. The Baja Beach Club di Barcelona Spanyol menggunakan Verichip yang diimplant untuk mengidentifikasi pelanggan VIP mereka.
7. Amal Graafstra, seorang pengusaha asal Amerika, sudah mengimplant dirinya dengan RFID chip, tepatnya di tangan kirinya, pada awal tahun 2005. Chip tersebut panjangnya 2 mm dan dengan diameter 2 mm. Chip itu memiliki jangkauan pembacaan sejauh dua inci (atau 50 mm). Prosedur implantasinya dilakukan oleh seorang dokter bedah kosmetik.


3.4 RFID V.S barcode UPC/EAN
RFID tag seringkali dianggap sebagai pengganti dari barcode UPC atau EAN. Ini
disebabkan karena RFID memiliki berbagai macam keuntungan dibandingkan dengan penggunaan barcode. Mereka mungkin tidak akan seluruhnya mengganti teknologi barcode, dikarenakan karena faktor harga, tetapi dalam beberapa kasus nantinya penggunaan RFID akan sangat berguna. Kode unik yang tersimpan dalam RFID juga bisa panjang dibandingkan dengan kode UPC yang terbatas. Keunikan dari kode RFID maksudnya adalah bisa dilacak dari suatu lokasi ke lokasi yang lainnya sampai dengan ke tangan pelanggan. Ini bisa membantu perusahaan untuk melawan aksi pencurian dan bentuk-bentuk product loss yang lainnya. RFID juga sudah diajukan untuk penggunaan pada point-of-sale yang menggantikan kasir dengan suatu mesin otomatis tanpa harus melakukan barcode scanning. Ini tetapi harus dibarengi dengan turunnya harga RFID tag agar bisa dilakukan secara luas di masyarakat.


Barcode
RFID pasif
Kondisi Baca
Line of Sight (LOS)
Non-Los
Posisi baca
Vertikal atau horisontal dengan toleransi tertentu
Bebas, segala kondisi memenuhi
Kecepatan Baca
Relative (2-5 detik)
< 100 milidetik
per item
Jarak baca
maksimum
± 7 cm (pendek)
± 30 cm (pendek)
± 3 m (menengah)
± 10 m (jauh)
Kemampuan
Baca saja
Baca dan/atau tulis
Kapasitas memori
kecil
hingga 64kB atau lebih
Proses pembacaan
Per item, proses satu per satu
Multi item (100 unit) per proses
Kondisi buruk
(debu, air )
Merusak label barcode, pembacaan error
Tidak berpengaruh
Kemudahan duplikasi
Mudah
hampir mustahil
Tabel 1.2 Perbandingan kemampuan RFID dengan Barcode

3.5 kontroversi tentang RFID
Penggunaan RFID juga mengundang berbagai kontroversi.
Ada empat alasan sehubungan privasi dalam penggunaan RFID, yaitu:
1.      Pembeli suatu barang (yang dilengkapi RFID tag) tidak akan tahu keberadaan dari RFID tag atau bahkan tidak dapat untuk melepasnya.
2.      RFID tag dapat dibaca oleh pihak lain dalam jarak yang jauh tanpa sepengetahuan pemiliknya.
3.      Jika suatu barang yang mengandung RFID tag Anda beli dengan menggunakan kartu kredit, maka akan sangat mungkin untuk mengasosiasikan ID tersebut dengan identitas si pembeli.
4.      EPC global sedang membuat suatu standar untuk memberikan suatu ID yang unik secara global dan ini dikhawatirkan akan menimbulkan masalah privasi dan juga masih belum begitu perlu untuk beberapa aplikasi.
Beberapa keluhan mengenai privasi utama RFID adalah:
pemilik barang tentu tidak akan selalu tahu keberadaan sebuah tag RFID dan tag dapat dibaca pada jarak tanpa pengetahuan tentang individu.
Jika item tagged dibayar untuk menggunakan kartu kredit atau sehubungan dengan penggunaan kartu yang loyalitas, maka akan dapat langsung menyimpulkan identitas dari pembeli dengan membaca global yang unik ID item (dalam tag RFID)
RFID tag dapat dibaca oleh pihak lain dalam jarak yang jauh tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Jika suatu barang yang mengandung RFID tag Anda beli dengan menggunakan kartu kredit, maka akan sangat mungkin untuk mengasosiasikan ID tersebut dengan identitas si pembeli.
EPCglobal sedang membuat suatu standar untuk memberikan suatu ID yang unik secara global dan ini dikhawatirkan akan menimbulkan masalah privasi dan juga masih belum begitu perlu untuk beberapa aplikasi.

Gambar 1.3 salah satu logo stop RFID

3.6  RFID Reader dan Tag
1.      RFID Reader
Berfungsi untuk membaca kode-kode dari RFID tag (label) dan membandingkannya dengan data di memori reader.
2.      RFID Tag
Berfungsi untuk menyimpan kode-kode sebagai pengganti identitas.
3.      RFID Tag Terdiri dari tiga bagian
·         Lapisan pelindung dari benturan maupun resiko proses yang berlangsung
·         Lilitan antena dan sebuah kapasitor membentuk rangkaian yang beresonansi pada frekuensi tertentu. Antena akan menangkap induksi medan elektromagnet dari RFID reader dan mengubahnya menjadi sumber tenaga bagi chip
·         ID chip yang akan memodulasi arus yang merepresentasikan bib-bit sinyal. Bit-bit sinyal ini berisi kode yang tersimpan dalam ID chip. Panjang bit sinyal berbeda-beda untuk setiap produsen RFID tag.
      

     Gambar 1.4 Tag RFID
      RFID tag juga dapat dibedakan berdasarkan tipe memori yang dimilikinya :
1. Read / Write (Baca/Tulis)
Memori baca/tulis secara tidak langsung sama seperti namanya,memorinya dapat dibaca dan ditulis secara berulang-ulang. Data yangdimilikinya bersifat dinamis.
2. Read only (Hanya baca)
Tipe ini memiliki memori yang hanya diprogram pada saat tag ini dibuat dan setelah itu datanya tidak bisa diubah sama sekali. Data bersifat statis.

3.7 Proses RFID
RFID reader yang bisa ditempatkan sebagai pengganti kunci di pintu rumah atau kendaraan, mengeluarkan gelombang radio dan menginduksi RFID tag. Gelombang induksi tersebut berisi password, jika dikenali RFID tag, memori RFID tag(ID Chip) akan terbuka. RFID tag akan mengirimkan kode yang terdapat dalam memori ID Chip melalui antena yang terpasang di tag. Jika sesuai, RFID reader akan membuka kunci. Untuk menghindari usaha penggandaan dan pencurian kode kunci, RFID akan membuat kode kunci yang baru. Kode yang baru ini akan disimpan ke memori RFID reader dan dikirimkan ke RFID tag yang akan disimpan di memori ID Chip.

Contoh penerapan RFID
Di Indonesia
Busway TransJakarta
Flazz BCA
Waterboom PIK
E-Tol Card Mandiri
Di luar negeri
Passports
Product Tracking
Animal Identification
Portals / entrance

3.8 Kelebihan dan Kelemahan RFID
·         Kelebihan
1.      Data yang dapat ditampung lebih banyak daripada alat bantu lainnya (kurang lebih 2000 byte)
2.      Ukuran sangat kecil (untuk jenis pasif RFID) sehingga mudah ditanamkan dimana-mana
3.      Bentuk dan design yang flexibel sehingga sangat mudah untuk dipakai diberbagai tempat dan kegunaan karena chip RFID dapat dibuat dari tinta khusus
4.      Pembacaan informasi sangat mudah, karena bentuk dan bidang tidak mempengaruhi pembacaan, seperti sering terjadi pada barcode, magnetik dll.
5.      Jarak pembacaan yang flexibel bergantung pada antena dan jenis chip RFID yang digunakan. Seperti contoh autopayment pada jalan tol, penghitungan stok pada ban berjalan, access gate.
6.      Kecepatan dalam pembacaan data.

·         Kelemahan
1.      Akan terjadi kekacauan informasi jika terdapat lebih daripada 1 chip RFID melalui 1 alat pembaca secara bersamaan, karena akan terjadinya tabrakkan informasi yang diterima oleh pembaca (kendala ini dapat terselesaikan oleh kemampuan akan kecepatan penerimaan data sehingga chip RFID yang masuk belakangan akan dianggap sebagai data yang berikutnya)
2.      Jika terdapat freq overlap (dua freq dari pembaca berada dalam satu area) dapat memberikan informasi data yang salah pada komputer/pengolah data sehingga tingkat akuransi akan berkurang (permasalahan ini dipecahkan dengan cara pengimplementasian alat diteksi tabrakan freq atau menata peletakan area pembacaan sehingga dapat menghindari tabrakan)
3.      Gangguan akan terjadi jika terdapat freq lain yang dipancarkan oleh peralatan lainnya yang bukan diperuntukkan untuk RFID, sehingga chip akan merespon freq tersebut (freq Wifi, handphone, radio pemancar, dll)
4.      Privasi seseorang akan secara otomatis menjadi berkurang, karena siapa saja dapat membaca informasi dari diri seseorang dari jarak jauh selama orang tersebut memiliki alat pembaca, sebagai contoh seseorang dapat membaca jumlah uang yang dimiliki orang lain didalam dompetnya.

3.9 Masalah Privasi pada Sistem RFID
RFID memunculkan dua kekuatiran utama bagi para pengguna, yaitu pelacakan tersembunyi (clandestine tracking) dan pengumpulan data secara diam-diam (clandestine inventorying). Tag RFID merespon interogasi reader tanpa memberitahu pemilik atau pembawanya. Karena itu jika berada pada rentang pembacaan reader, scanning diam-diam (clandestine scanning) pun mengancam. Ancaman terhadap privasi muncul ketika sebuah nomor seri tag dikombinasikan dengan informasi pribadi, sebagai contoh, ketika seorang konsumen membayar dengan kartu kredit, toko yang melayaninya dapat membuat link antara identitas konsumen tersebut dengan nomor seri tag yang ada padanya. Penjual kemudian dapat mengidentifikasi profil konsumen menggunakan jaringan reader-reader RFID, baik di dalam toko maupun di luar.
Tag-tag tertentu, khususnya tag EPC, selain menyimpan nomor seri juga menyimpan informasi tentang item-item yang dipasanginya, biasanya berupa informasi tentang pabrik pembuatnya, serta kode produk. Oleh karena itu orang yang membawa tag EPC dapat mengalami clandestine inventorying. Sebuah reader secara diam-diam dapat dapat menentukan obyek-obyek yang dibawa seseorang dan memanen informasi pribadi penting, misalnya jenis obat yang sedang dibawanya sehingga dapat diketahui penyakit yang dideritanya, loyalty card yang dibawanya sehingga dapat diketahui tempat langganan belanjanya, ukuran bajunya, kesukaan aksesorisnya, dan lain-lain.

  • Isu Privasi yang Menyelimuti Penggunaan RFID

Sementara raksasa-raksasa korporat mengunggulkan kelebihan teknologi RFID, para pemerhati kebebasan sipil memperingatkan bahwa kemampuan melacak orang, produk, kendaraan dan bahkan uang akan menciptakan dunia Orweli di mana para penegak hukum dan peritel penasaran dapat dengan mudah membaca isi tas tangan seseorang (dengan memasang reader RFID di dekatnya) yang mungkin tidak disadari oleh yang bersangkutan. Kekuatiran tersebut bukan tanpa alasan. Saat ini, sebagian reader RFID memiliki kapasitas untuk membaca dan ditransmisikan oleh berbagai macam tag RFID. Ini berarti bahwa jika seseorang memasuki toko dengan membawa beberapa tag RFID (misalnya yang ada pada baju atau kartu dalam dompet) salah satu reader RFID dapat membaca data yang diemisikan oleh seluruh tag dan sinyalnya direlay oleh produk-produk dalam toko. Kapasitas ini memungkinkan peritel yang menggunakan reader RFID untuk mengkompilasi profil yang lebih lengkap dari pembeli dibandingkan dengan yang mungkin diperoleh dari scanning terhadap barcode dari barang-barang belanjaan konsumen. Menyadari akan hal-hal tersebut di atas, banyak pihak mengangkat isu kekuatiran tersebut ke permukaan. Pengumuman rencana penggunaan teknologi RFID oleh berbagai perusahaan maupun agen pemerintah sering menuai kritik dari para pemerhati privasi. Ketika Benetton mengumumkan rencana untuk memasang tag RFID pada pakaian produksinya para pemerhati memperingatkan potensi penyalahgunaan dari sistem semacam itu dan Benetton pun setuju untuk menundanya. Keputusan Wal-Mart untuk mengimplementasikan teknologi RFID untuk pelacakan barang dagangan dalam kemasan menimbulkan kekuatiran jika hal tersebut akan mendorong penyebaran tag dalam kemasan barang dangangan ke mana-mana, meskipun pihak eksekutif perusahaan manyatakan akan mencopot tag dari barang yang sudah dibeli. Pada rencana penanaman tag RFID pada ban oleh Michelin, para kritikus berargumen bahwa tag-tag tersebut akhirnya dapat memberitahukan ke mana dan kapan kendaraan suatu kendaraan pergi. Demikian juga dengan rencana penanaman tag RFID pada uang kertas Euro banyak pihak
menghawatirkan jika teknologi tersebut dapat mengeliminir anonimitas perolehan uang.
Batasan dan sifat alamiah dari isu privasi terkait dengan penggunaan RFID di kalangan pemerintahan maupun komersial tergantung kepada maksud spesifik penggunaannya. Sebagai contoh, penggunaan teknologi ini untuk pengontrolan barang inventaris umum tidak akan menimbulkan banyak kekuatiran privasi. Lain halnya dengan penggunaan RFID oleh pemerintah untuk melacak gerakan dari perjalanan orang-orang di wilayah suatu negara, hal ini akan membangkitkan kekuatiran dari pihak-pihak yang terkena dampaknya. Isu privasi terkait dengan implementasi RFID meliputi pemberitahuan mengenai keberadaan atau penggunaan teknologi tersebut, pelacakan gerakan-gerakan individu, profiling kebiasaan, selera atau kesukaan individu, serta kemungkinan penggunaan sekunder dari informasi.
1. Pemberitahuan.
Masyarakat mungkin tidak menyadari bahwa teknologi ini sedang digunakan jika mereka tidak diberitahu bahwa alat tersebut digunakan. Demikian juga para konsumen, mereka mungkin tidak menyadari bahwa tag-tag RFID dipasang pada item-item yang sedang mereka cari atau beli, atau barang-barang yang sudah dibelinya sedang discan jika tidak diberi tahu.
            2. Pelacakan.
Pelacakan adalah pencarian lokasi secara real-time atau mendekati real-time, di mana pergerakan seseorang diikuti oleh scanning RFID. Laporan-laporan media massa menguraikan kekuatirkan tentang caracara di mana anonimitas tampaknya terancam oleh pelacakan lokasi. Banyak kelompok kebebasan sipil mengkuatirkan aplikasi teknologi ini untuk pelacakan gerakan masyarakat, seperti di lokasi sekolah umum, dan menyebabkan kehilangan anonimitas di tempat-tempat umum. Sebagai tambahan, survey publik periodik telah menunjukkan ketidaktenteraman yang nyata akan kemampuan potensial dari pemerintah untuk memantau gerakan gerakan maupun transaksi-transaksi masyarakat. Tiga agen di Amerika Serikat juga mengindikasikan bahwa penggunaan teknologi ini dapat memungkinkan pelacakan gerakan para buruh.
             3. Profiling.
Profiling adalah rekonstruksi dari pergerakan-pergerakan atau transaksi-transaksi seseorang dalam periode tertentu, biasanya digunakan untuk menggali sesuatu tentang kebiasaan, selera atau kesukaan seseorang. Oleh karena tag berisi identifier yang unik maka sekali suatu item bertag diasosiasikan dengan individu tertentu, informasi yang dapat mengidentifikasi secara pribadi pun dapat diperoleh dan kemudian dapat digabungkan untuk mengembangkan profil individu tesebut. Baik pelacakan maupun profiling tracking dapat mengganggu privasi dan anonimitas seseorang.
             4. Pemakaian sekunder.
Selain dari isu-isu tentang pemakaian terencana dari informasi yang didapat dari sistem RFID, terdapat juga kekuatiran tentang kemungkinan organisasi-organisasi dapat mengembangkan penggunaan sekunder terhadap informasi tersebut, yaitu bahwa informasi sebenarnya dikumpulkan untuk suatu tujuan kemudian pada kesempatan tertentu juga dimanfaatkan untuk keperluan lainnya. Hal ini diistilahkan sebagai penyelewengan misi atau fungsi (“mission-” atau “function-creep”). Sebagai contoh histori Social Security Number (SSN) memberikan banyak bukti tentang bagaimana suatu identifier yang dikembangkan untuk tujuan khusus telah menjadi basis dari banyak fungsi yang lain, baik oleh pemerintah maupun nonpemerintah. Pemakaian sekunder dari SSN telah menjadi masalah, bukan karena kontrol teknis, melainkan karena perubahan kebijakan dan prioritas-prioritas administratif.
  • Kategori Sistem RFID

Secara kasar sistem-sistem RFID dapat dikelompokkan menjadi empat kategori sebagai berikut
1) Sistem EAS (Electronic Article Surveillance) : Umumnya digunakan  pada toko-toko untuk menyensor ada tidaknya suatu item. Produk-produk diberi tag dan reader berantena besar ditempatkan di masing-masing pintu keluar toko untuk mendeteksi pengambilan item secara tidak sah.
2) Sistem Portable Data Capture : dicirikan oleh penggunaan reader RFID yang portabel yang memungkinkan sistem ini digunakan dalam seting yang bervariasi.
3) Sistem Networked : dicirikan oleh posisi reader yang tetap yang terhubung secara langsung ke suatu sistem manajemen informasi terpusat, sementara transponder berada pada orang atau item-item yang dapat dipindahkan.
4) Sistem Positioning : Digunakan untuk identifikasi lokasi item-item atau
kendaraan.

Pemanfaatan Teknologi RFID
Jika di masa lalu barcode telah menjadi cara utama untuk pelacakan produk, kini sistem RFID menjadi teknologi pilihan untuk tracking manusia, hewan peliharaan, produk, bahkan kendaraan. Salah satu alasannya adalah kemampuan baca tulis dari sistem RFID aktif memungkinkan penggunaan aplikasi interaktif.
Selain itu, tag juga dapat dibaca dari jarak jauh dan melalui berbagai substansi seperti salju, asap, es, atau cat di mana barcode telah terbukti tidak dapat digunakan. Gagasan untuk menggunakan teknologi RFID akhir-akhir ini merebak, baik di kalangan agen-agen pemerintah maupun perusahaan. 
Berikut ini adalah beberapa contoh nyata agenda berbagai organisasi pemerintah maupun perusahaan dalam rencananya untuk mengimplementasikan teknologi RFID sebagaimana diuraikan oleh.

1) Pelacakan pakaian : Produsen pakaian Benetton merencanakan untuk memasang tag RFID di dalam item-item ritel. Peralatan yang ditanam tersebut memungkinkan Benetton untuk melacak individu-individu dan barang inventaris yang mereka miliki dengan me-link-kan nama konsumen dan informasi kartu kredit dengan nomor seri pada suatu item pakaian.
Demikian juga Marks & Spencer, salah satu peritel terbesar di Inggris, mengumumkan untuk memulai memasang tag pada item-item pakaian dengan tag UHF mulai musim gugur 2003. Tag UHF adalah teknologi RFID generasi baru yang menyediakan kecepatan transfer data yang cepat dan rentang baca yang lebih jauh. Marks & Spencer telah secara ekstensif menggunakan peralatan tracking pada divisi penjualan makanannya.

2) Pelacakan barang dagangan dalam kemasan : Gillette, Wal-Mart, dan Tesco, rantai supermarket berbasis di Inggris, bergabung untuk menguji rak-rak yang dapat melacak secara real-time terhadap barang-barang dalam toko. “Rak-rak pintar” akan dapat membaca gelombang frekuensi radio yang diemisikan oleh chip mikro yang ditanam dalam jutaan silet dan produk-produk lainnya. Wal- Mart merencanakan untuk menguji rak Gillette diawali di toko yang berlokasi di Brockton. Jika sukses, Wal-Mart juga merencanakan untuk bergabung dengan Procter & Gamble untuk menguji hal serupa pada produk-produk kosmetik dan telah mendukung 100 top suppliernya untuk menggunakan pelacak barang nirkabel pada 2005. Para eksekutif Wal-Mart mengatakan bahwa perusahaan hanya akan menggunakan chips RFID untuk melacak barang dagangan dan akan melepasnya jika sudah dibeli.

3) Pelacakan ban : pembuat ban Michelin baru-baru ini memulai pengujian sistem identifikasi ban dengan frekuensi radio untuk ban mobil penumpang dan truk kecil. Transponder RFID dipasang di dalam ban dan menyimpan informasi identifikasi yang dapat diasosiasikan dengan nomor identifikasi kendaraan.

4) Pelacakan uang : Bank Sentral Eropa melaju dengan rencananya untuk menanamkan tag RFID setipis rambut manusia di dalam serat uang kertas Euro pada tahun 2005 meskipun menuai banyak protes. Tag-tag tersebut memungkinkan uang untuk mencatat informasi tentang setiap transaksi. Pemerintah dan agen-agen peradilan menyambut teknologi tersebut sebagai cara untuk mencegah pencucian uang, transaksi pasar gelap dan bahkan permintaan kuitansi kosong dari koruptor.

5) Pelacakan pasien dan orang : Rumah Sakit Alexandra di Singapura belum lama ini menerapkan sistem tracking di bagian gawat daruratnya karena sadar akan kekuatiran wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Dengan sistem ini seluruh pasien, pengunjung dan karyawan yang memasuki rumah sakit diberi sebuah kartu yang ditanami chip RFID. Kartu dibaca oleh sensor yang dipasang di langit-langit yang mencatat secara tepat waktu masuk dan keluarnya seseorang. Informasi ini tersimpan dalam komputer selama 21 hari. Teknologi ini juga memungkinkan untuk dengan segera melacak orang-orang yang pernah kontak dengan seorang penderita SARS.

6) Sistem pembayaran : Pada tahun 1997, ExxonMobil mengembangkan aplikasi pembayaran nirkabel yang diberi nama Speedpass. Sejak itu enam juta konsumen dapat melakukan pembayaran dengan cara ini pada 7.500 lokasi Speedpass-enabled. Sekarang, banyak merchant dan peritel mencari

BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Kepentingan organisasi-organisasi, baik perusahaan maupun agen pemerintah untuk melakukan pemantauan yang cepat dan tepat dengan memanfaatkan teknologi RFID melahirkan benturan kepentingan dengan masyarakat atau konsumen. Kemudahan yang diperoleh oleh perusahaan maupun agen pemerintah tersebut tidak jarang menjadi ancaman terhadap privasi bagi berbagai pihak.
Masalah privasi yang diangkat sebagai isu pada pada pemanfaatan sistem RFID secara garis besar meliputi pentingnya pemberian informasi tentang pemakaian teknologi RFID, pelacakan (tracking), pengembangan profil (profilng), dan pemakaian sekunder terhadap informasi hasil scanning dengan RFID. Dua hal yang menjadi kekuatiran utama bagi konsumen dan masyarakat adalah pelacakan tersembunyi (clandestine tracking) dan pengumpulan data secara diam-diam (clandestine inventorying). Kedua hal tersebut sangat dimungkinkan karena tag RFID tidak pernah memberitahu pemilik atau pembawanya dalam responnya terhadap interogasi dari reader. Bentuk ancaman yang diakibatkan oleh hal-hal tersebut antara lain kehilangan anonimitas dan tersebarnya data pribadi yang seharusnya dijaga kerahasiaannya yang tidak jarang dapat mengakibatkan berkurang atau bahkan hilangnya daya terima pihak lain terhadap yang bersangkutan.

Saran
Saran saran untuk RFID adalah seperti yang kita ketahui diatas, dengan munculnya RFID banyak terjadi pro dan kontra. Bagi sebagian yang tidak setuju dengan RFID, lihatlah pentingnya RFID untuk memperlancar proses bisnis dalam masyarakat dalam hal keamanan terhadap tindakan kriminal, selain dari itu keamanan dari RFID harus ditingkatkan lebih maksimal agar dapat menjaga proses bisnis yang sedang berjalan tetap aman.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim3, 2007, RFID-wikipedia bahasa Indonesia, http://en.wikipedia.org/wiki/RFID
Madhy (2007) , Madhy-cyber it’s ok, http://madhy-cyber.web.id/blog/?p=11

Turasto (2007), RFID, http://www.turasto.com/?cat=459

No comments:

Post a Comment